Selasa, 19 Desember 2017

Organisasi Difabel Nasional Dirintis di UIN Sunan Kalijaga

  Pemukulan Gong oleh international office Alicante University menandai Launching INDOEDUC4ALL

Semangat perjuangan yang selama ini telah dilakukan pegiat difabilitas, mulai dari ratifikasiConvention on the Rights of Persons with Disabilities(CRPD) menjadi UU Nomor 8 tahun 2016, sampai berlangsungnya proses penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) merupakan langkah besar. Langkah besar ini tentunya juga memperbesar peluang yang memungkinkan terciptanya pendidikan inklusif di Perguruan Tinggi. Untuk memantapkan perjuangan itu, beberapa perguruan tinggi yang respek terhadap pendidikan difabel seperti UIN Sunan Kalijaga, UII, UIN Syarief Hidayatullah, IAIN Solo, Universitas Surabaya, Universitas Indonesia, Alicante University Spanyol, didukung Dirjen Pendidikan Tinggi sedang merintis berdirinya organisasi difabel nasional di kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Untuk kepentingan itu, diselenggarakan Konferensi Nasional bertajuk “Ensuring Access and Quality Education for Students with Disabilities in Indonesian Universitiesdan Launching Program INDOEDUC4ALL,di gedung RHA. Soenarjo, kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (14/12).
Mantan ketua Pusat Layanan Difabel (PLD) UIN Sunan Kalijaga, yang saat ini masih aktif (turut) mengembangkan keberadaan PLD, Dr. Rof’ah ditemui di sela-sela acara menyampaikan, dirintisnya organisasi difabel nasional dan dilaunchingnya program INDOEDUC4ALL di kampus UIN Sunan Kalijaga, tentunya memberikan semangat tersendiri untuk membenahi pendidikan di Perguruan Tinggi agar memberikan akses yang sama terhadap mahasiswa difabel. Hal ini menjadi modal bagi keberlangsungan perjuangan para organisasi difabel dalam mengawal kebijakan pemerintah, khususnya di wilayah pendidikan.
Ia mencontohkan bagaimana peran organisasi difabel dalam menterjemahkan atau memahami impelementasi pendidikan inklusi. Mulai dari Taman Kanak-kanak (TK,) Sekolah Dasar (SD,) Sekolah Menengah Pertama (SMP,) Sekolah Menengah Atas (SMA,) sampai Perguruan Tinggi. Mendetailkan teknis pelaksanaan dari poin-pon yang ada di dalam CRPD dan UU Penyandang Disabilitas.
“Mulai dari apa yang harus dilakukan, seperti assisstive teknologi apa yang harus ada, kemudian pentingnya unit difabilitas di semua pelayanan pendidikan, ketersedian sarana dan prasarana itu menjadi penting kunci sukses pendidikan inklusi,” sambung Ro’fah.
Menurut Rof’ah, di kampus UIN Sunan Kalijaga, sebelum berdirinya PLD para mahasiswa telah aktif memberi pendampingan kepada para mahasiswa difabel. Karena memang sejak dulu kampus ini telah menerima difabel untuk bisa studi lanjut. Dengan Lahirnya PLD, kampus ini lebih bisa melakukan pelayanan yang sebaik-baiknya. Lebih-lebih lagi dengan adanya dukungan dari Dirjen Dikti dan University of Alicante, Spanyol, diharapkan akan bisa segera didirikan organisasi difabel nasional yang akan memayungi berbagai PLD yang ada di kampus-kampus di Indonesia ini. University of Alicante, Spanyol memberikan dukungannya melalui program bernamaINDOEDUC4ALLyang akan berjalan sampai tiga tahun kedepan.Di mana Alicante sebagai koordinator menggandeng enam universitas di Indonesia untuk menjadi agen dari program tersebut. Ke-enamnya adalah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas Lambung Mangkurat, Universitas Surabaya, dan IAIN Surakarta.
Luis Gomez de Membrillera Desantes selakuInternational Officedari Universitas Alicante menjelaskan, Program tersebut dibentuk melihat optimisme dari progres yang ditunjukkan berbagai universitas di Indonesia, baik dalam membentuk layanan dan komitmen terhadap isu difabilitas. Melalui program INDOEDUC4ALL menurutnya, bisa memodernisasikanassisstive tekhnologiatau alat bantu teknologi bagi difabel di setiap universitas.
“Selain dari upaya penyadaran akses pendidikan untuk difabel yang kondisinya juga sama seperti di Alicante. Pada forum ini, program INDOEDUC4ALL saya launching,” tambah Luis.
Selain mengenalkan programINDOEDUC4ALL, Universitas Alicante melalui Direktur Unit Layanan Mahasiswa Difabel, Pepi Parreno menjelaskan kerja-kerja yang sudah dilakukan di universitas asal Spanyol tersebut. Kerja-kerja tersebut menurutnya tidak berbeda dengan apa yang juga dilakukan Pusat Layanan Difabel (PLD) di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Lebih jauh, Pepi selaku kepala Unit layanan menjelaskan, PLD di Universitas Alicante yang sudah berdiri 17 tahun lalu, berada di bawah Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Ketenagakerjaan Universitas Alicante.
Terkait struktur unit layanannya yang diketuai Pepi sendiri, terdapat empat pekerja sosial, di mana salah satunya merupakan seorang sosialog. Selain itu ada dua ahli psikolog dan satu ahli seksolog yang berasal dari sumberdaya eksternal unit layanan. Sedangkan di dalam internal, ada satu orang yang ahli di bidangassisstive tekhnologiatau teknologi bantu untuk difabel.
Pepi juga menjelaskan tujuan dari unit layanan yang dikawalnya untuk menjamin partisipasi penuh dari mahasiswa difabel dengan prinsip kesamaan kesempatan dan aksesibilitas universal. Prinsip tersebut menjadi dasar dalam setiap pengadaan program-program, serta ruang aspirasi dan menjadi pegangan dalam menjalankan misi penyadaran terhadap masyarakat kampus Alicante dalam memahami difabilitas.
Adapun kerja-kerja yang dilakukan yakni mengindentifikasi kebutuhan mahasiswa difabel, dan memberikan masukan sekaligus membuka layanan konseling. Kemudian membangun rencana aksi terkait program-proram yang akan dilaksanakan ke depan, membimbing dan memberi panduan kepada para dosen bagaimana melakukan adaptasi terhadap pembelajaran. “Sekaligus membuka layanan bagi keduanya,” terang Pepi.
Menurut Pepi, rencana aksi yang sedang berjalan di Alicante. Seperti mengidentifikasi dan mengorganisir mahasiswa difabel yang mau disebut difabel. Sebab menurutnya, tidak semua mahasiswa difabel mengakui kedifabelannya. Mereka juga mengajukan modifikasi tes, ujian dan membuat proposal untuk mengubah mekasnisme pembelajaran yang selama ini belum mengakomodir. Selain itu menginformasikan kepada mahasiswa pentingnya memiliki sertifikat difabilitas dalam workshop atau diskusi tentang difabilitas.
“Dan menjembatani lulusan mahasiswa difabel untuk masuk ke dunia kerja,” lanjut Pepi. Sedangkan dari aspek kerelawanan, ia mengorganisir relawan baik yang diberikan kepada orgnasisasi difabel di sekitarnya yang membutuhkan dan sebaliknya. Unit layanannya menerima relawan dari organisasi difabel. Di samping itu, juga mengadakan pelatihan kerelawanan.
Bagi Pepi, kerja-kerja unit layanan tidak berbeda dengan unit PLD di UIN Sunan Kalijaga. Kehadirannya dalam program yang akan mengajak enam universitas di Indonesia, untuk sama-sama belajar bagaimana menentukan strategi dalam memberikan layanan bagi mahasiswa difabel.
Arif Maftukhin, M.Si., ketua PLD UIN Sunan Kalijaga menjelaskan, untuk menuju kampus inklusi tidak hanya adanya unit layanan. Lebih dari itu, semua masyarakat kampus mulai dari dosen, mahasiswa, dan birokrasi turut serta mengusung dan mendorong kemudahan fasilitas dan pelayanan difabilitas dalam pendidikan inklusi. Dengan adanya program INDOEDUC4ALL dan support 6 PT lain, serta dukungan Dirjen Dikti yang pada forum ini diwakili oelh Rektor Universitas Lambung Mangkurat, pihaknya berharap, akses studi lanjut difabel di Indonesia ke PT semakin terbuka luas.
Rektor Universita Lambung Mangkurat menambahkan, Ke depan akan semakin banyak PT yang menyediakan kursi bagi para difabel. Hal itu telah diamanatkan dalam UU No. 8 Tahun 2016. Dunia kerja juga harus menyediakan porsi untuk lulusan difabel. Dengan prosentasi 100 formasi lapangan pekerjaan, 1 orang diantaranya untuk difabel. Hal ini berlaku untuk instansi pemerintah, perusahaan maupun lembaga swasta. Aturan ini belum banyak yang mengetahui, sehingga perlu terus disosialisasikan agar UU tak sekedar diwajibkan untuk lembaga pemerintah, tapi terimplementasi ke semua lapangan pekerjaan, dengan memberi kemudahan fasilitas untuk tenaga kerja difabel.
Pada forum ini, PLD UIN Sunan Kalijaga memberikan anugerah inklusi kepada beberapa orang relawan, yang telah berkontribusi, berdedikasi dan berkomitmen tak ternilai sejak berdirinya PLD UIN Sunan Kalijaga hingga sekarang, yakni: Kasman Ibnu (Relawan sebelum ada PLD dan ikut merintis berdirinya PLD), Aslamah dan Ragil Ristiyanti (text:Weni H/ Foto: Doni TW-Humas).

Rabu, 01 November 2017

Lirik Dhalang Sapanyana, anggitanipun Ki Sukron Suwondo, Blitar

Kaprahe ‘kang nyritakake
Ujare sendhang ngapit pancurane
Umyung dadi kembang lambe
Nyatane ‘keh padha takon asmane

Kisah dhalang Sapanyana
Diapit kabeh kadang waranggana
Ambarsekar, Ambarsari, wis bukti

Swarane andudut ati

Suluk Ki Manteb Soedharsono

Mangkya darajating praja
Kawuryan wus sonyaruri, O, O..
Rurah pangrehing ukara, O..
Karana tanpa palupi atilar susilastuti
Sarjana sujana kelu
Kalulun kalatidha tidhem tandhaning dumadi, O
Hartayengrat dening karoban rubeda, O, O..



Ratune ratu utama
Patihe patih linuwih
Pra nayaka tyas raharja, O..
Panekare becik becik
Parandene tan dadi, O
Paliyasing kalabendhu, O, O
Malah saya andadra
Rubeda kang ngreribeti, O..
Beda beda hardane wong sak negara, O..
Katetangi tangisira
Sira kang parameng kawi
Kawileting tyas dhuhkita ketaman ing reh wirangi
Dene ngupaya sandhi sumaruna hanarawung
Pangimur manuhara met pamrih melik pakolih
Temah sirna ing karsa tanpa weweka, O



Lir sadpadengsun kang tumiling
Mangulati puspita kang mèdem, O..
Endahe marni midering taman
Anon sekar warsigi, O..
Kumenyut ing tyas baya ta jatukrama, O..
Arum arum, O..
Lumrang kang sekar gadhung
Myang sri gadhing
Rerengganing taman sari, O..
Bremara ngingsep sarining
Mbrengengeng pindha pujining brahmana
Mangsah santi jaya-jaya, O



Siyang  pantara ratri,
Mung cipta pukulun, O,
Tan  nalywan kaeksi,
Mila katur kang cundhamanik,
Prasasat rageng,
Ulun kang sumembah,
Mungwing padanta prabu,
Myang kagunganta  singsim, O..
Saksat sampun prapti,
Katon asta pukulun,
Wulat ten narapati, O..
Rama dewaningsun, E..



Mulat mara sang Harjuna,
Esmu kamanungsanira,
Sawangnya gendreh memanis,
Liring edi kamantyan, O
Singa mulat lengleng brangta,
Singa mulat lengleng brangta, e..



Cancut gumregut tumanjing
Samudra tulya dreng
Wiraganya banyu sumaput wentis
Melek angganira sumingep nampeki
Migeg jangga kang warih



Sigra bala kang tumingal
Acampuh samya ngedali
Lir thathit wileting gada
Dhanywang gung manguncang niti
Benjang sang aji mijil
Lathinya ngedali wuwus
Trustha sura wilaga
Kaya buta singa wregil, O..
Pasthi jangga dhendhanya mangambak baya, E..



Ridhu mawur
Mangawur awur wurahan
Tengaraning ajurit
Gong maguru gangsa
Teteka ya putula
Wor panjriting turangga hesthi
Prekatak ingkang
Dwaja lelayu sebit
Gandane kang sekar gadhung
Kaworan kembang – kembang menur
Kongas esmu arum
Miwah oyod oyodan
Kadi kusuma mangambar ambar
Wor kukusing dupa kumelun kelun
Kadi mega kang memba bathara
Amenangi jaman edan
Ewuh aya ing pambudi
Melu ngedan ora tahan
Yen tan melu anglakoni
Boya kaduman melik
Kaliren wekasanipun
Dilalah kersa Allah
Beja bejane kang lali
Luwih beja kang eling lawan waspada, O



e..
Kresna digdayeng gelung
Mandelengaken cakranira, O..
Kumitir aneng asta, e..



Madya ratri wus kawuri
Hywang Candra purnama siddhi
Lintang araras kumenyar, O..
Hangrenggani antariksa, O..
Siler siler kang samirana, O..
Mbrengengeng si kumbang iku, O..
Antuk sejatining madu, O..


Dhedhep tidhem,
Prabawaning ratri,
Sasadara wus manjer kawuryan,
Tan kuciwa memanise,
Menggep srinateng dalu,
Siniwaka sanggya pra dasih,
Aglar neng cakrawala,
Winulat ngelangut,
Prandene paksa kabegan,
Saking kehing taranggana kang sumiwi,
Warata tanpa sela



Duka yayah sinipi
Jaja bang mawinga winga
Netra kocak ngondar ngandir
Wedananira mbranang
Pindha kembang wora wari bang, E..
Kasemeta mrang sagedheng mubal murub dahanane



Soroting pandam sumuluh
Amadhangi jroning pasareyan
Ngenani wadana remu remu kalingan ngangrangan
Sang dyah manahengkung sumungkem guling
Sang kakung ngrerepa
Alon wuwusira
Babo yayi eman eman, man eman eman
Piratenthik yayi ulun tadhah runtik
Ulun tadhah runtik,e..



Riris harda palwa nuting ranu
Dresing karsaningsun dening kanyut, O
Manis riringnira ingsun Gusti
Roning kamal mirah ingsun
Esemira dhuk ing nguni
Sidhat agunging narmada



Kagiri giri, O..
Gengya lir prabata
Abang kawelagar manguwuhing mungsuh haminta lawan
Anggro sru sringa manabda, O
Kadya yun hanubruka, E..



Semar eka den prayitna
Semunira ririh eka balik
Ditya ni gandayoni
Tri sonya purnama sasi
Gilar gilar semedi tengahing latar, e


Leng lenging driya mangu mangu mangun kung
Kandhuhan rimang lir lena tanpa kanin,
Yen tan tulusa amengku sang dyah utama, e..



Hywang Candra wus gumlewang
Ing imbanging cakrawala
Wayahe wus gagat enjing, O..
Rame swarane sota kukluruk sesauran, O..
Wetan soroting Haruna
Mega bang katon sumirat
Lir netraning angga rapuh
Sri Gunting ngoceh ambarung, E, O..



Jago kluruk rame kapyarsi
Lawa kalong luru pandhelikan, O..
Jrih kawananing semune
Wetan bang sulakipun, O..
Mratandhani yen bangun enjing
Rembulan wus gumlewang sak kuloning gunung
Ing padesan wiwit tebah
Lanang wadon sami angayahi kardi
Netepi kuwajiban, E..



Sasedyane tanpa dadya
Sak cipta cipta tan polih
Kang reraton raton rantas
Mrih luhur asor pinanggih
Bebendhu gung nekani kongas ing kanisthanipun
Wong agung nis gungira sudireng wirang jrih lalis, E..



MADHEGE KUTHO PATI

Alkisah, naliko jaman mbiyen ing tlatah pesisir lor Jowo Tengah, ana loro kadipaten sing manggon ing kono, yaiku Kadipaten Parangggarudho  lan Kadipaten Carangsoka. Sing nguwasani Paranggarudho asmane Ratu Yudhopati, dene Carangsoka dipimpin karo Adipati Puspo Andhungjoyo. Ratu Yudhapati kagungan putra wuragil, asmane Raden Menak Josari, sing kondhang dadi joko sing ndhugal lan nakal. Adipati Carangsoka uga nduweni putri ontang-anting sing ayu banget, arane Roro Mas Dewi Rayungwulan. Kadipaten loro iki urip kanthi ayem, tentrem, guyub, rukun, samad sinamadan, lan doyo dinayan. Kacarita, ing Kadipaten Paranggaruda, Nyai Ratu Yudhapati, matur marang putrane.
Ratu Yudho   : Anakku Josari, emak arep kondho penting menyang kowe.
Josari              : Ono opo, makku
Ratu Yudho   : Le, kowe ki sakjane gagah pidekso, dedeg piyadegmu dhuwur, tur ganteng pisan. Kulitmu resik, bedo karo bocah2 lanang sakpantaranmu.  Nanging ono siji sing marakke emakmu sedhih banget. Rupamu sing bagus kuwi ora mbok barengi karo akhlak sing apik. Kowe ora tau ngibadah, malah senenganmu ndhugal lan seneng nglakoni maksiat. Owalah, anakku. Mbok yo mandheg ngger.
Josari              : Sampean ki lapo seh mak?!! Yo sakarepku to. Aku dudu bocah cilik maneh mak, wis orak pantes dituturi koyo ngono iku!!
Ratu Yudho   : Le, tak kandhani yo. Kuwi wis dadi kewajibane emak nuturi karo kowe. Eling ngger, miras, Judi, adu jago, narkoba kuwi haram, dilarang karo agomo lan negoro. Kowe opo ora wedi mbesuk yen mati mlebu neroko?
Josari              : Halah, yen mlebu neroko mbesuk lak kancane sepirang-pirang mak.
Ratu Yudho   : Astagfirullah le!!, emakmu wes ora kuwat maneh!!. Nek kowe ora leren lehmu tumindak maksiat, ojo pisan2 kowe ngaku dadi anakku, tak usir seko Paranggaruda kene!!
Josari              : (Sujud karo nyekeli sikile emake.) Ampuuun maaak!!!, iyo mak, aku gelem leren. Tapekno aku kudu mbok rabekne luwih dhisik.
Ratu Yudho   : Alhamdulillah, iyo le. Kowe pengen nikah karo sopo ye?
Josari              : Putrine paman Adipati Puspo Andhungjoyo kae kok ayu temen yo mak. Pas aku cangkruk neng pasar dhek wingi, aku pethuk karo dheweke. Lan ketok e, aku jatuh cinta pada pandangan yang pertama mak. Kiro2 jenenge sopo ya mak?
Ratu Yudho   : Jenenge Dewi Rayungwulan nak. Ooh, dadi kowe pengin nikah karo Rayungwulan to? Hooh le, emak ndukung kowe. Tak kandhani ya, Wulan iku bocahe ora mung ayu, ning ugo sholehah, sumeh, ugo grapyak karo sopo ae.
Josari              : Lha iyo kan?
Ratu Yudho   :Yowis, dino sesuk kowe kudu ndherek emak menyang kadipaten Carangsoka ya?. Bakal tak lamarke marang ramane Rayungwulan.
Josari              : Oke siap mak.
Ing dino mbesuke, Ratu Yudhopati lan Raden Menak Josari tumuju marang kadipaten Carangsoka saperlu nglamar Roro Mas Rayungwulan. Wong loro kuwi budal esuk banget supoyo ora keno macet ing tengah dalan. Ing pendopo Kadipaten Carangsoka, sang Adipati Puspo Andhungjoyo ingkang mentas wae nompo nawolo saking Ratu Yudhopati, lagi guneman karo putrine, Rayungwulan.
Dipati Puspo  : Rayungwulan, ndhuk..
Rayungwulan            : Kulo wonten dhawuh, kanjeng romo
Dipati Puspo : Mengko sore awake dhewe bakal kerawuhan tamu songko adoh. Tak suwun siro dandano sing becik, ngagemo sandhangan sing apik yo ndhuk. Ojo lali nganggo parfum sing wangi. Lan wektu iki ugo, ingsun bakal nyiapaken suguhan maneko werno kanggo tamu agung iki.
Rayungwulan            : Nuwun sewu romo. Wonten paridamel menopo kok tamu menika dipun sambut ngantos meriah kados makaten. Lan ugi, kulo kok dipun suwun dandan? Sejatosipun, wonten menopo njih romo?
Dipati Puspo  : Ngger, siro iku rak wus ngancik diwoso to, lan romo bombong marang sampean ndhuk. Awit pasuryanmu sing ayu manis tanpo cacat, lan solah bawamu sing mranani kuwi akeh jejoko sing gandrung kasmaran marang sliramu. Suaramu sing endah nalika maos ayat Qur’an, koyo2 nggeterno tembok pendopo kene. Kerono sabab2 iku mau sing marakke pangeran soko Parangggaruda duwe niyat ndadekake sira minangka dadi garwane, cah ayu.
Rayungwulan            : Sinten pengeran meniko romo.
Dipati Puspo  : Pangeran kuwi putrane panguwoso ing Paranggarudho, Ratu Yudhapati, jenenge raden Josari. Lan minongko dadi wongtuwamu, aku kepengin ngrungokne panemumu ngger.
Rayungwulan            : Kawulo nyuwun wekdal sawetawis kagem mikir kanjeng romo.
Dipati Puspo  : Kabeh manut marang siro ndhuk. Kabeh keputusane ono ing tanganmu
Rayungwulan            : Enggih, kulo nyuwun pamit bali dateng kamar sakmeniko.
Dipati Puspo  : Angen-angenen yo ndhuk. Mengko yen tamune wus teko, sliramu mreneo maneh kanthi wangsulan sing wes pesthi.
Rayungwulan            : Enjih, assalamualaikum.
Dipati Puspo  : Waalaikumsalam warohmatullohi wabarokatuhu.
Rayungwulan banjur bali tumuju ono senthonge kanthi nggowo roso sedhih. Dheweke ngupoyo supoyo biso uwal saka lamaraniro Raden Josari lan ora sido dadi garwane. Satemene Rayungwulan ora tresno mring Raden Josari sing ndhugal, ananging dheweke ora gelem nolak awit Dewi Rayungwulan sayang lan bekti marang wongtuo. Ora kroso wus wanci surup. Srengenge wis gumlewang ing jagat kulon. Lamat2 katon Raden Jasari lan emake mlaku ing pendapa Kadipaten Carangsoka saperlu methuki Dipati Puspo Andhungjoyo lan Dewi Rayungwulan.
Josari              : Mak, ayo mak. Aku wis gak sabar pengin ketemu karo Wulan mak. Ayo mak!!! (Sikil ginjal2)
Ratu Yudho   : Sabar to, Ri. Lha kae lho neng ngarep kae uwis katon cungkupe pendopo Carangsoka. ( tangane nduding)
Josari              : Ndang cepet tah maak!!! (Sikil ginjal2)
Ratu Yudho   : Sik to lee, makmu i wes tuwek, dadi mlakune ora iso cepet. (Menggeh2)
Josari              : Salahe kok gelem dadi tuwek. (Mlayu)
Ratu Yudho   : Jabang bayiiik. Entenono makmu lee!!. (Ndemek boyok)
Ing pendopo Carangsoka, Adipati Puspo Andhungjoyo lan Roro Rayungwulan wis samapto kanggo manggihi tamu saking Paranggaruda. Ora let suwe, Raden Josari lan Ratu Yudhapati teko.
Josari              : Horeee, adewe wis teko. (mencolot lunjak2)
Ratu Yudho   : Eling yo nak, nang njero pendopo mengko, sikapmu dijogo gih?
Josari              : Oyiii. Ayo ndang mlebu mak.
Ratu Yudho   : Heh heh!!. Sandale dicopot dhisik to. Koyo bocah cilik wae.
Josari              : Eh lali (garuk2 sirah trus cepot sandal)
Ratu Yudho   : (Tok 3x) Kulonuwun, assalamualaikum
Dipati Puspo  : Waalaikumsalam, wah monggo2 (nggeret kursi)
Ratu Yudho   : (lungguh kursi.) Piye kabar sampean? Apik2 wae to? Lha gendhuk Wulan ugo sehat?
Dipati Puspo  : Alhamdulillah sahabatku. Aku apik2 wae. Semono ugo Wulan, koyo sing sampeyan uwasi, soyo tambah ayu lan solehah.
Ratu Yudho   : Subhanallah ayunee. Anu, ngene ya kang. Aku teko mrene koyo sing wis tak kandhakne maring sampean, yokuwi aku arep nglamar putrimu kanggo putraku, Menak Josari. Lan saiki aku sowan mrene supoyo biso ngrungokke wangsulane gendhuk Wulan sing wis tak arep2.
Dipati Puspo  : Ooo, yen perkoro kuwi wis tak pasrahno marang Wulan. Dimen dheweke dhewe sing mangsuli
Ratu Yudho   : Ndhuk Wulan, kepiye wangsulanmu cah ayu?
Rayungwulan            : Kawulo kerso nampi panglamaripun Kangmas Josari lan siap dados garwanipun
Josari              : Horeee!!
Rayungwulan            : Nanging wonten syaratipun
Josari              : Syarat opo meneh sayang? Aku uwis gak sabar pengen rabi karo kowe!!
Rayungwulan            : Syaratipun inggih menika nalika resepsi mangke, kulo kepengin dipun wontenaken pagelaran wayang kulit. Lan dhalangipun kedah Ki Dhalang Soponyono ingkang sampun kondhang ing tanah Jowo. Menopo njenengan sagah?
Josari              : Hahaha, opo wae bakal tak lakoni kanggo kowe sayang.
Ratu Yudho   : Yen mengkono, aku lan anakku nyuwun pamit kanggo nyanggupi syarat soko putrimu. Assalamualaikum
Dipati Puspo  : Wah iyo2 sahabatku. Waalaikumsalam warohmatulloh
Raden Josari banjur nggoleki dununge Ki Dhalang Soponyono, dene Ratu Yudhapati ngenteni ing pesanggrahan sakcedhake Carangsoka. Raden Josari nelusuri pelosok2 desa lan nggoleki informasi. Lan pungkasane, dheweke kepethuk griyane ki dhalang ing deso Roban.
Josari              : (Ekspresi berhasil) Yosh, akhire ketemu. Mugo2 ora kleru alamate. (Tok 3x) Assalamalaikum
Dhalang          : Waalaikumsalam. Wah monggo2
Josari              : Oh, iyo mas dalang
Dhalang          : Panjenengan sinten nggih Ki Sanak, lan wonten  menopo kok rawuh wonten gubug kulo ing dusun Roban ngriki
Josari              : Iyo mas dalang. Aku iki pangeran songko Kadipaten Paranggaruda, putrane Ratu Yudhopati, Jenengku Raden Josari. Nitik soko kepinteran sampean ndhalang, aku kepengin nanggap sampean naliko resepsi nikahku karo Dewi Rayungwulan.
Dhalang          : Nggih2, kulo paham, tapi, wani piro?
Josari              : Alah gampang. Nek sampean iso ndalang sing dahsyat, bakalan tak wenehi sepiro wae sing mbok jaluk.
Dhalang          : Deal nggih? (salaman)
Josari              : Deal. Lan saiki ugo ayo melu aku menyang Carangsoka
Dhalang          : Mangke rumiyin. Kulo tak siap2. Panjenengan tenggo ten ngajeng saget?
Josari              : Oyii. Ning ojo suwe2 mas dalang.
Dhalang          : Njih den
(Josari metu seko omah dhalang lan dhalang lagi nyiapne barang2. Bubar kuwi dhalang metu omah karo nggowo perlengkapan2 lan wayang)
Dhalang          : Monggo kulo pun siap
Josari              : Ayo budhal saiki
Raden Josari lan Ki Soponyono bali marang Carangsoka kanggo nemoni Ratu Yudhapati.  Sakwise pirang2 dina, wong loro kuwi teko ing pesanggrahan sacedhake Carangsoka lan ngadhep marang Ratu Yudhapati.
Josari              : Assalamualaikum mak
Ratu Yudho    : Waalaikumsalam le. Piye hasile? Apa kowe wis nemoni dalang kondang kuwi?
Josari              : Ora terimo mung tak temoni, malah saiki kasil tak gowo ngadep ono ngarepmu mak, kelebu wayang sak kothak gamelan, lan ugo peralatan2e.
Ratu Yudho   : Wah.. pancen kowe anake emak tenan le, hebat. Lha banjur dalange endi? Timbalono mrene gage
Josari              : Iya mak (ngalih nyeluk dalang Soponyono). Iki dalang Soponyono, dalang sing wis kondang kaloka ing tanah Jowo.
Dhalang          : Assalamualaikum, ngaturaken sembah pangabekti kanjeng ratu
Ratu Yudho   : Waalaikumsalam mas dalang. Dadi pean sing jeneng Dhalang Soponyono?
Dhalang          : Inggih, leres kanjeng
Josari              : Syukur mak, aku sido rabi kambek Wulan!!
Ratu Yudho   : Hahaha, amargo syarat wis biso disembadani, sesuk awake dhewe ngadep marang Adipati Puspo, lan nyepakno peralatan2 kanggo pahargyan nikahmu karo Wulan.
Raden Josari, Ratu Yudho lan Dhalang Soponyono lungo menyang pendopo Carangsoka kanthi maneko macem barang lan alat2 sing wis lengkap. Syarat sing dikersakake Rayungwulan wis kasil diwujudi.
Ratu Yudho   : Assalamualaikum, calon besanku
Dipati Puspo  : Waalaikumsalam. Opo anakmu wis biso nyembadani syarat sing diajokake dening putriku, Ratu Yudho?
Josari              : Anu, enjih bapak morotuwo. Kulo teng mriki kagem ngelamar dek Wulan, dene syarate empun kulo wujudi lan sampun kulo siapne.
Rayungwulan            : Kangmas Josari, pundi Dhalang Soponyono ingkeng kulo syarataken?
Josari              : Ojo kuwatir dek, ing mburiku iki sing jenenge Ki Dhalang Soponyono sing terkenal ndek dunia nyata lan dunia ghaib.
Naliko Dewi Rayungwulan nyawang Dhalang Soponyono sing bagus, gemeter badane Rayungwulan lan suwe2 tuwuh asmoro marang Ki Dhalang. Sang dhalang banjur ngenalake diri marang Adipati Puspo Andhungjoyo lan Dewi Rayungwulan.
Dhalang          : Dipun tepangaken sinuwun, nami kulo dhalang Soponyono, saking dhusun Roban
Ratu Yudho   : Kakang Puspo, njur kapan dianakake pahargyan dhaupe putraku lan putrimu?
Dipati Puspo  :  Ehemm, ndhuk, kapan awakmu siap nikah karo Raden Josari?
Rayungwulan            : Insyaallah, benjing romo
Josari              : Okelah, dek Wulan sesuk macak sing ayu yaa..
Ing dino mbesuke, pesto digelar kanthi meriah. Raden Josari seneng banget biso sesandhingan karo dewi Rayungwulan ing pelaminan. Ki Dhalang ugo wis nggelar cerito wayang. Nanging, ing satengahe pagelaran wayang, dumadakan Rayungwulan mlayu soko pelaminan menyang panggung wayang lan ngrangkul tangane Dhalang Soponyono. Rayungwulan wis terpesona lan tresno marang dalang Soponyono sing praupane luwih bagus sarto pinter ndhalang, tinimbang Raden Josari sing tansah ngumbar howo nafsune.
Dhalang          : (Nutuk dhog2 karo dolanan wayang) Bumi Gonjang Ganjing Langit Kelap-Kelap Katon, OOOOONGG..
Rayungwulan            : (mlayu seko kursi karo nangis nggondheli tangan dalang) Kangmas Soponyono, slametno aku soko pernikahan iki, slametno aku soko Raden Josari, aku emoh nikah karo dheweke, yen kangmas ora gelem nulung aku, aku tak mati wae!!!
(Kabeh hadirin klebu Ratu Yudho, Josari, lan Adipati Puspo kaget lan ngadek banjur Ratu Yudho nyedhaki Wulan lan Soponyono)
Ratu Yudho   : Onok opo iki?! Rayungwulan!! Mbaliko menyang kursimu!! Cepet!! (karo mekso lan narik tangane Wulan. Dalang spontan nyabetne kerise nyang awake Ratu Yudho.)
Dhalang          : Culno!! (nusuk wetenge Ratu Yudho nganggo keris). Dewi, ayo ngalih soko kene!! (narik tangane Wulan)
Rayungwulan            : Ayo kangmas!!
Josari              : MATIII AKUUUU!!!! Adipati Puspo!! Aku rumongso dilecehake mergo kedadean iki, trus saiki emakku mati!! Dino iki kowe yo kudu mati!!
Dipati Puspo  : Raden, ampun raden, sepurane!!! Aaargghhh!!! (ditusuk karo Josari)
Josari              : Heyy Dalang!! Wulan!! Ojo mlayu kowe!!! (ngangkat tangan karo nyekel keris)
Kahanan saknaliko owah dadi dahuru. Dalang Soponyono lan Dewi Rayungwulan kabur menyang alas. Raden Josari nesu banget lan dendam marang sang Dalang, terus nguber dheweke. Dewi lan Dalang mlayu nganti kedheseg ono pinggir jurang. Akhire Raden Josari biso nyusul wong loro kuwi.
Josari              : (Menggeh2) Huh, akhire kowe kabeh iso tak temokne, hahahaha. Dhalang!! Balekno Wulanku!! Nek ora, kelakon kowe mati ono tanganku!!
Dhalang          : Raden Josari!! Wulan bakal tak ulungake yen kowe wis biso nglangkahi bangkeku!!
Josari              : Keparat!!
Perang antarane Raden Josari lan Dhalang Soponyono ora biso diendhani. Kekarone tandhing perang kanthi sengit. Lan pungkasane Dhalang Soponyono nganggo kasektene biso ngalahake Raden Josari. Raden Josari banjur dijegurake jurang.
Josari              : Aaaaaaaa!!! Tulunggg!!!
Dhalang          : Dewi Rayungwulan, opo gelem sampean dadi bojoku?
Rayungwulan            : Mmm... njih kerso kakang..
Dhalang          : Yen ngono, ayo awake dhewe bareng2 mbukak alas lan mbabati wit2an sing ono kene supoyo dadi panggonan sing luwih layak. Lan bakal tak jenengake daerah anyar iki kanthi jeneng deso PATI
Dhalang Soponyono kanthi kasektene mbabati wit2an kanggo mbukak lahan anyar. Taun ganti taun, penduduk ing kono soyo akeh ugo makmur, lan daerah kuwi tambah rame nganti dadi kutho gedhe, yoiku kutho PATI..


***PARIPURNA***

MASUK UINSUKA ITU BERAT


UIN Sunan Kalijaga adalah kampus dengan biaya termurah di Yogyakarta. Walaupun begitu, butuh lika-liku serta perjuangan untuk masuk menjadi mahasiswanya. Sedikit berbagi pengalaman, tujuan saya setelah lulus dari bangku MAN adalah PKN STAN, sekolah kedinasan yang paling diminati di negeri ini. Saya berjuang mati-matian mulai latihan fisik hingga latihan bahasa Inggris mulai dari grammar hingga TOEFL sejak kelas 12 awal. Setelah berjuang selama berbulan-bulan tanpa henti, akhirnya waktu tes ujian pun tiba. Saya mengerjakan semua soal-soal tersebut dengan lancar tanpa kesulitan. Namun, saya salah strategi. Jawaban saya yang mayoritas sudah saya jawab tidak langsung saya hitamkan, tapi hanya saya beri tanda titik-titik di setiap kolom LJK, sehingga saat waktu ujian habis, saya masih menghitamkan jawaban saya di LJK dengan terburu-buru. Alhasil, tidak semua jawaban yang telah dipilih saya hitamkan, dan otomatis perjuangan saya selama hampir setahun itu gagal tanpa guna. Pada waktu itu saya mengalami depresi yang teramat sangat. Namun, karena dukungan dari orangtua dan para sahabat, akhirnya saya kembali bangkit, dengan tekad masih banyak jalan menuju kesuksesan, USM STAN adalah salah satu diantara jalan-jalan itu, masih ada jalur SNMPTN, SBMPTN,SPAN-PTKIN, UMPTKIN, dan terakhir setelah semua jalur itu adalah seleksi Ujian Mandiri.

Saya pun mendaftar SNMPTN serta SPAN-PTKIN, namun tidak lolos baik SNMPTN, maupun SPAN. Saya pun kembali mengalami depresi. Hingga kemudian saya pun kembali semangat untuk mengikuti SBMPTN. Dan  ternyata, keberuntungan belum berpihak. Saya dinyatakan tidak lolos lagi. Sama seperti sebelumnya, depresi kembali kambuh dan bertambah berat. Butuh waktu yang lama untuk menerima bahwa saya telah ditolak oleh 4 perguruan tinggi pilihan saya. Teman-teman pun kembali dengan semangatnya memberi motivasi pada saya untuk berjuang sekali lagi, yakni jalur UMPTKIN. Jujur saya tidak berminat mengikuti jalur ini, bukan karena tidak suka dengan PTN-PTN Agama, tapi karena takut ditolak lagi. Inilah masa-masa penuh kegoncangan pada diri saya bahkan mungkin semua calon mahasiswa dan mahasiswi. Dan ketika ujian sudah tiba, saya mengerjakan ujian ini secara asal-asalan, karena saat itu hanya kegagalan lagi yang terbayang dalam benak saya. Bahkan,soal yang saya bisa hanya sedikit dan soal-soal yang lainnya saya jawab dengan ngawur. Selepas menunggu kepastian agak lama, saya beranikan untuk membuka website UMPTKIN. Dengan berdebar-debar sambil komat-kamit baca doa, akhirnya saya dinyatakan lolos di UIN Sunan Kalijaga tercinta dengan jurusan Sejarah Kebudayaan Islam. Dengan ekspresi antara percaya dan tak percaya, saya pun bersujud sebagai tanda syukur. Orangtua pun setelah mendengar berita ini terlihat lega dan berbangga, serta siap untuk membiayai segala macam kebutuhan perkuliahan. Dan alhamdulillah, sekarang saya bisa melanjutkan untuk menimba ilmu di kampus rakyat ini. Dari pengalaman ini, saya berkesimpulan bahwa ada kalanya manusia berusaha mati-matian untuk menggapai impian namun harus mengalah pada takdir, juga sebaliknya, berusaha tanpa tenaga namun takdir berpihak pada kita. Semua tidak ada yang tahu pada jalan ceritanya masing-masing. Ibarat pepatah Jawa, manungsa iku adile mung hanglakoni (manusia itu hanya bisa menjalani). Artinya untuk menjalani dan bertemu dengan takdir terbaik kita adalah dengan berusaha atau berproses. Dengan berproses itulah jalan hidup kita dimulai.

PERLUNYA MELESTARIKAN BUDAYA INDONESIA

Ada istilah, “Negara gemah, ripah, loh jinawi, karta, tata, raharja”. Istilah tersebut sangat fenomenal di kalangan masyarakat Indonesia terutama dalam khasanah etnis Jawa. Penggambaran suatu negara yang subur, makmur, selamat, dan tentram yang berasal dari budaya pedhalangan, dan menjadi pakem para dhalang ketika membawakan sebuah cerita. Akan tetapi, apakah negara kita sudah termasuk dalam salah satu kategori diatas?. Memang negara kita ini kaya, tanah subur karena berada di jalur gunung api sehingga tanah menjadi subur pasca erupsi vulkanik. Negara ini kaya akan bahan tambang, kaya akan hasil laut dan hutan. Namun, Indonesia ibarat pepatah, Anak ayam mati di lumbung padi. Demikian juga Nusantara ini, rakyatnya mayoritas masih berada dalam garis kemiskinan, bahkan garam, beras, dan bahan bakar minyak pun langka. Padahal negara ini adalah salah satu negara penting dalam ekspor minyak di dunia. Negara kita ini dijuluki negara maritim karena 70% wilayahnya adalah laut. Dan Indonesia merupakan negara penghasil beras terbesar di dunia, bahkan nama pulau Jawa, berasal dari kata “Jawawut” yang berarti padi. Apa yang menyebabkan ini terjadi? Apakah kita tidak sadar atau mungkin tak peduli dengan nasib bangsa kita sendiri?. Maka sangat betul kata Bung Karno, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”. Dan ucapan mutiara dari sang proklamator ini sekarang menjadi nyata. Bangsa kita ini dirusak bukan karena diserbu bangsa lain, melainkan digerogoti oleh oknum yang tak bertanggung jawab dari dalam. Sungguh perilaku kebinatangan, ibarat hama tikus yang menggerogoti padi di sawah hingga rusak. Padahal mereka ini bukan orang bodoh, mereka orang pintar, menamatkan pendidikan hingga sarjana maupun profesor. Akan tetapi mereka lupa, karena nafsu duniawi, bahwa mereka dapat duduk di kursi empuk kerana rakyat. Mereka menjadi pejabat karena rakyat yang memilih.

Apa yang membuat mereka berbuat demikian? Dan kita kok seakan tak peduli dengan nasib bangsa ini?. Salah satu penyebabnya adalah hilangnya rasa bangga pada warisan leluhur kita, baik budaya, adat, perilaku, norma, pamali, nasihat maupun wejangan, dan kesenian. Karena leluhur adalah asal muasal kita terjadi. Kita terbentuk menjadi suku Aceh, menjadi Suku Minang, Suku Jawa, dan lain sebagainya, karena leluhur kita. Coba kita lihat, di seluruh wilayah Nusantara, dari kota Sabang di ujung barat Sumatera, hingga Merauke di pulau Papua. Adakah budaya yang buruk? Jawabannya tidak. Bangsa bangsa di Asia merupakan pusat budaya yang sopan dan santun. Maka tak heran, orang orang Barat menjadikan negara di wilayah Asia sebagai tempat kunjungan hingga tempat tinggal. Mereka menganggap budaya mereka sudah teramat kacau dan bebas. Pergaulan bebas, narkoba, minuman keras, judi, seakan menjadi makanan keseharian mereka, dari sebab itulah kebanyakan bangsa Barat menuju Asia untuk kembali pada budaya yang lebih beradab, khususnya di Indonesia. Ironisnya, generasi muda Indonesia sendiri malah berkiblat pada budaya western yang bebas itu, dan meninggalkan indentitasnya sebagai salah satu anggota etnis atau suku mereka. Mereka lebih suka musik pop daripada musik gamelan Jawa yang mengalun indah. Mereka lebih senang melihat film Korea daripada melihat peertunjukan tradisional seperti ketoprak dan ludruk. Memang, globalisasi mengakibatkan banyaknya budaya budaya luar masuk ke dalam Indonesia silih berganti. Memang budaya Barat lebih maju daripada peradaban timur. Tapi kita hendaklah ingat, kita harus menyaring budaya mana yang positif dan budaya negatif. Yang positif kita amalan, misalnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan lain-lain, dan budaya negatif yang hingar bingar kita buang. Kita contoh bangsa Jepang yang notabene negara maju di Asia namun mereka sangat menghargai budayanya, seperti melihat kabuki, perayaan tradisional, memakai kimono. Dan juga negara Korea yang digandrungi para kaum muda, masih memertahankan budaya aslinya, dan tak berkiblat pad budayan asing. Tapi kita malah berkiblat pada mereka. Dimanakah identitas kita?. Jangan selalu merasa bahwa budaya Nusantara kuno, tak keren. Jepang dan Korea yang sangat disenangi generasi kita saja masih mencintai budayanya, masa kita tidak?.

Sudah diketahui bahwa masyarakat Indonesia, dan orang Jawa pada umumnya, masuk agama Islam atas jasa Walisongo. Para Wali tersebut menggunakan berbagai cara yang damai untuk membuat orang Jawa tertarik dan bersedia masuk agama Islam tanpa paksaan, dan salah satu cara tersebuat adalah melalui kesenian. Pelopornya adalah sunan Kalijaga. Beliau menggubah wayang kulit Hindu peninggalan kerajaan Majapahit menjadi sebuah wayang baru yang sesuai dengan syariat Islam sebagai media dakwah, seperti tangan wayang dipanjangkan hingga sebatas kaki, gambar wayang dibuat menyamping. Salah satu tokoh yang pertama kali dibuat oleh sunan Kalijaga adalah tokoh wayang Janaka. Nama tokoh ini hanya dapat ditemui dalam khasanah pedhalangan Jawa. Jika dilihat dalam versi India, tokoh ini disebut Arjuna. Nama Janaka berasal dari bahasa Arab Jannah yang berarti surga. Sunan Kalijaga membuat wayang ini dan juga tokoh tokoh lainnya mengacu pada bentuk kaligrafi Arab Muhammad. Maka tak heran jikalau hidung wayang terkesan mancung dan lancip karena merujuk pada tulisan kaligrafi Arab. Sunan Kalijaga kemudian membuat lakon wayang yang berbau mistisme Islam, yaitu Dewa Ruci, yang berisi ajaran tauhid, terinspirasi dari kisah Nabi Khidir dan nabi Musa, kemudian lakon Jamus Kalimasada, yang berasal dari kata Kalimat Syahadat. Beliau juga membuat nama tokoh wayang Semar, Gareng, Petruk, Bagong, yang juga berasal dari bahasa Arab. Kemudian Sunan Giri menciptakan tokoh Girinata. Dan setiap walisongo membuat tembang macapat. Ritual slametan yang dulunya berasal dari ritual peribadatan orang hindu aliran bhairawatantra yang brpusat di Kediri, dengan duduk melingkar beramai-ramai tanpa busana. Kemudian oleh para sunan, tradisi tersebut tidak dihilangkan namun diganti dengan lafadz dzikir, doa islami, serta memakai pakaian yang menutup aurat. Lalu para wali menciptakan gamelan baru yang berakulturasi antara gamelan jawa, gamelan Champa, dan musik Arab maupun Cina untuk sarana dakwah dan dikenali sebagai gamelan Jawa saat ini. Dari uraian diatas kita dapat mengetahui bahwa kesenian dan adat Jawa sekarang adalah kultur Jawa Islam Mataraman, bukan lagi kultur Jawa Majapahit yang murni Hindu. Bahkan kesenian jaranan yang dianggap musyrik juga mengandung makna keislaman. Jadi, janganlah kita mengerdilkan budaya kita sendiri, karena semusrik musrik apapun budaya Jawa tetap mengandung ajaran dan makna Islami.